Bukankah shalat itu menghindari perbuatan maksiat dan juga zalim? serupa ditegaskan allah swt dalam alquran surah al - ankabut ayat 45, yang maksudnya, “dirikanlah shalat, sebetulnya shalat menghindari perbuatan keji dan juga munkar. ”
tetapi, kenapa orang yang shalat kok masih berdusta? shalat kok pemarah? shoalat kok ngerumpi? shalat kok sombong? shoalat kok buka rambut/aurat? shalat kok mabuk? shalat kok berzina?
bagi pimpinan majelis az - zikra ustadz muhammad arifin, bukan shalatnya yang salah, melainkan pelakon shalatnya yang salah. “bukan shalatnya yg salah, namun pangamal shalatnya yang salah, ” kata ustadz arifin ilham kepada republika, ahad (10/7).
arifin menamhkan, orang yang shalat tetapi maksiat, berarti shalatnya masih lalai, belum faham teks dan juga arti teks shalat. dia kemudian melansir alquran surah an - nisa ayat 43, yang maksudnya,
“janganlah kalian mendirikan shalat kala engkau mabuk, sampai engkau faham apa yang engkau baca dalam shalat. ”
pemicu yang lain, kata arifin, merupakan alkuflu, ialah hati belum muncul, belum siuman kalau dia lagi menghadap allah, penguasa, owner, pengatur alam semesta.
“ia belum siuman kalau dia dipandang allah sampai - sampai tidak terdapat getaran, kesenangan, kelezatan, kebahagiaan dan juga kedahsyatan shalat, ” tutur arifin.
jadi, kata arifin, orang shalat yang maksiat itu shalatnya serupa orang yang “mabuk”. dia mengatakan dan juga berbuat namun tidak siuman apa yang dikatakan dan juga yang diperbuatnya.
dia takbir, berdiri, ruku’, sujud namun tidak siuman lagi shalat, terlebih lagi hingga kurang ingat sudah berapa rakaat shalatnya.
“shalat lalai inilah yang tidak bawa pergantian baik. serupa dikemukakan allah swt dalam surah al - ma’un ayat 5, ‘celakalah orang orang yang shalat yang mereka lalai dalam shalatnya’, ” tegas arifin.
bercermin pada surah al - ma’un ayat 5 tersebut, kata arifin, terdapat sebagian karakteristik orang yang lalai dalam shalatnya. identitas tersebut antara lain, shalatnya buru - buru mau lekas tuntas, bacaannya tidak difahami, dan juga suka mengakhirkan waktu shalat.
tidak hanya itu, kata arifin, baju seadanya sementara itu terdapat yang bersih dan juga bagus, malas berjamaah ke masjid, dan juga tuntas shalat cepat - cepat berangkat. “karena itu, ayo kita pelajari ketentuan, rukun, teks, arti, keistimewaan dan juga rahasia shalat, ” ucapnya.
tidak hanya itu, berarti sekali membangun pemahaman diri kalau shalat menggambarkan momentum seseorang hamba menghadap si pencipta. “sadarilah kalau dikala shalat, kita lagi berhadapan dengan allah, maha penguasa alam semesta yang memandang dan juga ketahui persis siapa kita. ”
inilah, kata arifin, yang diucap khusyu’. “yakni mengerti, menghayati dan juga memperkenalkan allah yang senantiasa memandang, mendengar kita. lalu gimana bisa jadi dapat maksiat ditatap - nya, gimana dapat berdusta didengar - nya. opsi kita cuma satu, ialah serius taat kepada - nya, ” papar arifin.
arifin melansir firman allah swt, “allah mencermati engkau dikala berdiri dalam sholat, ruku’ dan juga sujud, sebetulnya allah maha mendengar lagi maha mengenali. ” (qs asy - syuaro: 218 - 220).
arifin pula melansir suatu hadits qudsi,
”sesungguhnya saya (allah) cuma hendak menerima shalat dari hamba yang dengan shalatnya itu ia merendahkan diri di hadapan - ku. ia tidak sombong kepada makhluk - ku yang lain. ia tidak mengulangi maksiat kepada - ku. ia mencintai orang - orang miskin dan juga orang - orang yang mengidap. saya hendak muliakan shalat hamba itu dengan kebesaran - ku. saya hendak menyuruh malaikat buat menjaganya. dan juga bahwa ia berdoa kepada - ku, saya hendak memperkenankannya. perumpamaan ia dengan makhluk - ku yang lain merupakan serupa perumpamaan firdaus di surga. ”
( sumber: republika. co. id )
tetapi, kenapa orang yang shalat kok masih berdusta? shalat kok pemarah? shoalat kok ngerumpi? shalat kok sombong? shoalat kok buka rambut/aurat? shalat kok mabuk? shalat kok berzina?
bagi pimpinan majelis az - zikra ustadz muhammad arifin, bukan shalatnya yang salah, melainkan pelakon shalatnya yang salah. “bukan shalatnya yg salah, namun pangamal shalatnya yang salah, ” kata ustadz arifin ilham kepada republika, ahad (10/7).
arifin menamhkan, orang yang shalat tetapi maksiat, berarti shalatnya masih lalai, belum faham teks dan juga arti teks shalat. dia kemudian melansir alquran surah an - nisa ayat 43, yang maksudnya,
“janganlah kalian mendirikan shalat kala engkau mabuk, sampai engkau faham apa yang engkau baca dalam shalat. ”
pemicu yang lain, kata arifin, merupakan alkuflu, ialah hati belum muncul, belum siuman kalau dia lagi menghadap allah, penguasa, owner, pengatur alam semesta.
“ia belum siuman kalau dia dipandang allah sampai - sampai tidak terdapat getaran, kesenangan, kelezatan, kebahagiaan dan juga kedahsyatan shalat, ” tutur arifin.
jadi, kata arifin, orang shalat yang maksiat itu shalatnya serupa orang yang “mabuk”. dia mengatakan dan juga berbuat namun tidak siuman apa yang dikatakan dan juga yang diperbuatnya.
dia takbir, berdiri, ruku’, sujud namun tidak siuman lagi shalat, terlebih lagi hingga kurang ingat sudah berapa rakaat shalatnya.
“shalat lalai inilah yang tidak bawa pergantian baik. serupa dikemukakan allah swt dalam surah al - ma’un ayat 5, ‘celakalah orang orang yang shalat yang mereka lalai dalam shalatnya’, ” tegas arifin.
bercermin pada surah al - ma’un ayat 5 tersebut, kata arifin, terdapat sebagian karakteristik orang yang lalai dalam shalatnya. identitas tersebut antara lain, shalatnya buru - buru mau lekas tuntas, bacaannya tidak difahami, dan juga suka mengakhirkan waktu shalat.
tidak hanya itu, kata arifin, baju seadanya sementara itu terdapat yang bersih dan juga bagus, malas berjamaah ke masjid, dan juga tuntas shalat cepat - cepat berangkat. “karena itu, ayo kita pelajari ketentuan, rukun, teks, arti, keistimewaan dan juga rahasia shalat, ” ucapnya.
tidak hanya itu, berarti sekali membangun pemahaman diri kalau shalat menggambarkan momentum seseorang hamba menghadap si pencipta. “sadarilah kalau dikala shalat, kita lagi berhadapan dengan allah, maha penguasa alam semesta yang memandang dan juga ketahui persis siapa kita. ”
inilah, kata arifin, yang diucap khusyu’. “yakni mengerti, menghayati dan juga memperkenalkan allah yang senantiasa memandang, mendengar kita. lalu gimana bisa jadi dapat maksiat ditatap - nya, gimana dapat berdusta didengar - nya. opsi kita cuma satu, ialah serius taat kepada - nya, ” papar arifin.
arifin melansir firman allah swt, “allah mencermati engkau dikala berdiri dalam sholat, ruku’ dan juga sujud, sebetulnya allah maha mendengar lagi maha mengenali. ” (qs asy - syuaro: 218 - 220).
arifin pula melansir suatu hadits qudsi,
”sesungguhnya saya (allah) cuma hendak menerima shalat dari hamba yang dengan shalatnya itu ia merendahkan diri di hadapan - ku. ia tidak sombong kepada makhluk - ku yang lain. ia tidak mengulangi maksiat kepada - ku. ia mencintai orang - orang miskin dan juga orang - orang yang mengidap. saya hendak muliakan shalat hamba itu dengan kebesaran - ku. saya hendak menyuruh malaikat buat menjaganya. dan juga bahwa ia berdoa kepada - ku, saya hendak memperkenankannya. perumpamaan ia dengan makhluk - ku yang lain merupakan serupa perumpamaan firdaus di surga. ”
( sumber: republika. co. id )